Merajut Kebersamaan dalam Digitalisasi Pariwisata

Merajut Kebersamaan dalam Digitalisasi Pariwisata

CIREBON - Terpuruk, jatuh, dan tak berdaya. Tiga kata itulah yang mungkin dapat menggambarkan kondisi dari sektor pariwisata yang ada di Kota Cirebon saat ini. Mulai dari budaya, sejarah, religi, kuliner, hingga industri kreatif lainnya. Hampir semuanya terpuruk dan membutuhkan uluran tangan.

Tentunya pandemi Covid-19 ini tidak dapat dianggap sebagai angin lalu. Beragam inovasi harus bisa ditawarkan oleh semua pihak, tidak terkecuali oleh masyarakat. Salah satunya dengan menggunakan sarana Digitalisasi Pariwisata yang sering digembar-gemborkan oleh para penjabat dan pengelola pariwisata.

Digitalisasi Pariwisata merupakan sebuah langkah yang dapat diambil ketika zaman sudah memasuki Revolusi Industri 5.0 yang membuat teknologi menjadi sumber daya terpenting dalam pengembangan keparwisataan, yakni menggunakan media digital atau membuat langkah-langkah inovatif dalam bidang teknologi untuk memajukan kepariwisataan.

Tentunya digitalisasi tersebut, tidak hanya berbicara sekadar aplikasi ataupun penggunaan e-wallet di dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata. Namun jika kita telaah lagi lebih dalam, kepariwisataan itu dapat dikembangkan dalam bentuk digitalisasi lebih banyak lagi.

Apalagi dengan adanya perubahan ynag terjadi dari industri kepariwisataan selama pandemi Covid-19 yang dahulunya menggunakan Group Inclusive Tour (GIT) atau rombongan besar menjadi Free Individual Travelers (FIT) yang rata-rata melakukan kegiatan secara sendiri-sendiri.

Baca juga:

Direktur Politeknik Pariwisata Prima Internasional, Dr. Chondro Suryono, mengungkapkan dunia kepariwisataan saat ini perlu adanya upaya untuk digitalisasi dengan melibatkan kolaborasi bersama. Apalagi, ditambah dengan kepedulian terhadap empat poin dalam kata HOPE.

\"HOPE itu kepanjangan dari Heritage, Originality, Preserved, dan Education yang menjadi tonggak penting dalam perubahaan perjalanan wisatawan tersebut. Karena mereka mencari apa yang berbeda, apa yang aslinya,\" ungkap Chondro.

Tentunya kolaborasi dan kerjasama diperlukan untuk mencapai Digitalisasi Pariwisata yang matang. Dan pelaku pariwisata juga belum tentu mampu melakukan hal tersebut dikarenakan modal yang berkurang seiring dengan pandemi yang terus terjadi.

Sehingga, lanjut Chondro, masyarakat dan para kaum akademisi juga bisa membantu. Terlebih, Kota Cirebon memiliki 33 perguruan tinggi yang dapat mengembangkan kebudayaan dan teknologi yang berlanjut menjadi lahan kepariwisataan di Kota Cirebon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: